Disini Diisi apa ya??? MAsukannya ditunggu!!!!

Jumat, 26 Maret 2010

Trysandya Mantram

Jumat, 26 Maret 2010
0 komentar
Trysandya Mantram

Berikut tata cara pelaksanaan trysandya puja menurut agama hindu....

Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan –baik dengan Puja Trisandya maupun Panca Sembah– didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:


1. Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:


OM PRASADA STHITI SARIRA SIWA SUCI NIRMALAYA NAMAH SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa, hamba-Mu telah duduk tenang, suci, dan tiada noda.


2. Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:


OM SUDDHA MAM SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan).

Lalu, posisi tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:


OM ATI SUDDHA MAM SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri).


3. Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati:


OM ANG WAKTRA PARISUDDMAM SWAHA

atau lebih pendek:

OM WAKTRA SUDDHAYA NAMAH

Artinya: Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba.


4. Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibujari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra


OM AM DUPA DIPASTRAYA NAMA SWAHA

Artinya: Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinar-Mu.


5. Setelah itu lakukanlah puja Trisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali. Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. Garis miring di atas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om bisa diucapkan tiga kali, bisa juga sekali sebagaimana teks di bawah ini:

Mantram Trisandhya

OM BHUR BHVAH SVAH

TAT SAVITUR VARENYAM

BHARGO DEVASYA DHIMAHI

DHIYO YO NAH PRACODAYAT


(“Tuhan adalah bhur svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, Semoga Ia berikan semangat pikiran kita”)


OM NARAYANA EVEDAM SARVAM

YAD BHUTAM YAC CA BHAVYAM

NISKALANKO NIRAÑJANO NIRVIKALPO

NIRAKHYATAH SUDDO DEVA EKO

NARAYANO NA DVITÌYO’STI KASCIT


(“Ya Tuhan, Narayana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Narayana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua”)


OM TVAM SIVAH TVAM MAHADEVAH

ÌSVARAH PARAMESVARAH

BRAHMA VISNUSCA RUDRASCA

PURUSAH PARIKÌRTITAH

(“Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu, Rudra, dan Purusa”)


OM PAPO’HAM PAPAKARMAHAM

PAPATMA PAPASAMBHAVAH

TRAHI MAM PUNDARIKAKSA

SABAHYABHYANTARAH SUCIH


(“Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba”)


OM KSAMASVA MAM MAHADEVA

SARVAPRANI HITANKARA

MAM MOCA SARVA PAPEBYAH

PALAYASVA SADA SIVA


(“Ya Tuhan, ampunilah hamba HyangWidhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi”)


OM KSANTAVYAH KAYIKO DOSAH

KSANTAVYO VACIKO MAMA

KSANTAVYO MANASO DOSAH

TAT PRAMADAT KSAMASVA MAM


(“Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba”)


OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

(“Ya Tuhan, semoga damai, damai, damai selamanya”)


Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa. Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:


OM PUSPA DANTA YA NAMAH SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.


Kramaning Sembah (Panca Sembah)

Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:


1. Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran dan ucapkan mantram ini:


OM ATMA TATTWATMA SUDDHA MAM SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.


2. Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya. Ucapkan mantram:


OM ADITYASYA PARAM JYOTI

RAKTA TEJO NAMO’STUTE

SWETA PANKAJA MADHYASTHA

BHASKARAYA NAMO’STUTE


Artinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.


3. Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiranNya pada waktu memuja. Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bisa berbeda-beda tergantung di mana dan kapan bersembahyang. Mantram di bawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura Kahyangan Jagat:


OM NAMA DEWA ADHISTHANAYA

SARWA WYAPI WAI SIWAYA

PADMASANA EKA PRATISTHAYA

ARDHANARESWARYAI NAMO NAMAH


Artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yang luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja.


4. Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon waranugraha. Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai wara-nugraha, jadi tidak “dilentikkan/dipersembahkan” tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping kanan (laki-laki). Mantramnya adalah:


OM ANUGRAHA MANOHARAM

DEWA DATTA NUGRAHAKA

ARCANAM SARWA PUJANAM

NAMAH SARWA NUGRAHAKA

DEWA-DEWI MAHASIDDHI

YAJÑANYA NIRMALATMAKA

LAKSMI SIDDHISÇA DIRGHAYUH

NIRWIGHNA SUKHA WRDDISCA


Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian pada Dewa dan Dewi berwujud jadnya suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.


5. Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang pertama. Cuma sekarang ini sebagai penutup. Usai mengucapkan mantram, tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran. Mantramnya:


OM DEWA SUKSMA PARAMA CINTYAYA NAMA SWAHA.

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM


Artinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugerahkan kepada hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.

read more

Masalah2 Keagamaan

0 komentar

Masalah-Masalah Keagamaan dan Penyelesaiannya

Sejak dahulu Bali dijuluki sebagai paradise island yang mempesona dunia karena mewarisi nilai-nilai tinggi antara lain: keindahan alam, keunikan tradisi-tradisi ritual agama, keramah tamahan penduduk, dan kreativitas seni yang tiada tara. Secara tidak disadari, nilai-nilai tinggi itu tahun demi tahun telah dieksploitir dengan giat dan terus menerus untuk imbalan materi baik bagi investor luar Bali maupun bagi penduduk setempat. Dampak positif dan negatif dari “kemajuan” itu kini telah dirasakan dan sebagian besar penduduk merasa cemas pada dampak negatif berupa penurunan nilai-nilai itu, sehingga pada suatu saat tidak lagi bernilai, disebut sebagai lost paradise yang meninggalkan kemelaratan bagi penduduk. Dalam keadaan seperti ini Bali tidak lagi mempesona bahkan kehidupan sudah menuju pada kehancuran skala dan niskala.

Konsep Trihitakarana dewasa ini hanya banyak diwacanakan tetapi tidak dilaksanakan sungguh-sungguh, baik oleh Pemerintah maupun oleh penduduk. Konsep ini sudah terbukti membawa kesejahteraan di masa lampau, namun lama-kelamaan dilanggar karena tidak ada suatu lembaga atau otoritas yang mengawasi pelaksanaannya. Jadi selama ini Trihitakarana hanya berupa anjuran atau filosofi agama yang dikagumi tetapi tidak dihayati sehingga tidak tercermin dalam perilaku penduduk sehari-hari.

1. TINJAUAN PERTAMA PADA ASPEK HUBUNGAN MANUSIA DENGAN HYANG WIDHI.

Masyarakat Hindu di Bali banyak yang melaksanakan ajaran Agama mengutamakan pada ritual/ upacara, itupun tanpa pengertian yang cukup. Sedikit yang mendalami tattwa dan susila agama, sehingga tidak menyadari garis kesadaran dharma dan adharma.

Jika dipikir lebih jauh, sebenarnya kehidupan beragama umat Hindu di Bali tidak ada yang membimbing. Para pemimpin umat yaitu para Sulinggih kebanyakan giat muput-muput upacara yadnya saja, sedikit yang mau memberi perhatian pada pencerahan agama dan membantu memecahkan masalah-masalah kehidupan yang berkembang di masyarakat.

Di samping itu umat Hindu di Bali makin terbelit oleh dampak negatif dari globalisasi dunia. Karena pengaruh materialisme, tidak sedikit terjadi kasus-kasus pelecehan nilai-nilai agama misalnya penyalahgunaan simbol-simbol suci agama Hindu, desakralisasi ritual, penghancuran sistim kultur Hindu-Bali, dan komersialisasi aspek-aspek keagamaan.

Begitulah, dewasa ini sudah biasa dilihat pementasan tari-tarian sakral untuk konsumsi wisatawan, upacara ritual yang dikontrakkan hak siarnya pada perusahaan TV, dan pembangunan objek wisata di dekat pura yang suci, dan lain-lain lagi.

Umat yang terjebak melaksanakan ajaran agama hanya pada kegiatan ritual atau upacara-upacara Panca Yadnya saja sering menjadi objek oleh “pemimpin umatnya” karena diharuskan mengeluarkan biaya tinggi untuk sarana upacara, dan berbagai kegiatan upacara yang diada-adakan.

Pelajaran agama di sekolah-sekolah umum kurang diperhatikan, bahkan guru-guru agama banyak yang melakukan profesinya bukan karena dorongan sebagai seorang misionaris, tetapi untuk nafkah kehidupan.

Perhatian pemerintah pada bidang agama Hindu sangat kurang. Masyarakat mengira dengan adanya Kantor Departemen Agama, masalah agama Hindu di Bali sudah ditangani dengan baik. Sebenarnya tidak demikian; Kandep Agama menangani berbagai agama yang ada di Bali, dan untuk porsi agama Hindu terkadang lebih sedikit dibanding agama lain. Ambillah contoh, di Bali belum ada lembaga Pengadilan Agama Hindu.

2. TINJAUAN KEDUA PADA ASPEK HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MANUSIA.

Sebagai akibat kurangnya kesadaran tattwa kedharmaan bagi sebagian besar umat Hindu di Bali maka kehidupan harmonis antar umat Hindu semakin luntur.

Nilai-nilai hubungan kemanusiaan sudah didasarkan pada kepentingan materi dan balas jasa. Tattwa-tattwa yang mulia seperti paras-paros, salunglung sabayantaka, saling asah saling asuh dan saling asih hanya sebagai selogan yang muluk-muluk yang digunakan untuk menunjukkan status sosial.

Umat Hindu di Bali makin jelas menonjolkan kepentingan-kepentingan yang bersifat inidivualistis baik bagi dirinya sendiri maupun bagi kelompoknya. Sifat-sifat mengumbar sad-ripu dan berbagai perilaku manusia yang tercela dapat dilihat pada kejadian sehari-hari yang meliput tidak hanya rakyat biasa, bahkan juga di kalangan pemimpin pemerintahan dan pemimpin umat Hindu. Banyak yang berdalih sebagai sudah zamannya demikian, seperti takdir tibanya zaman Kali.

3. TINJAUAN KETIGA PADA ASPEK HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM.

Hyang Widhi menciptakan manusia sebagai mahluk utama yang mempunyai tri pramana yaitu sabda, bayu, dan idep.

Karena memiliki idep ini manusia dapat mencapai kesejahteraan dan sekaligus juga karena idep manusia akan menuju kemusnahan. Kemusnahan umat manusia akan terjadi bila alam sudah tidak lagi mendukung kehidupan manusia.

Dewasa ini Pemerintah dan umat Hindu di Bali makin tidak memperhatikan keharmonisan hubungan manusia dengan alam. Penebangan hutan, pemanfaatan bukit-gunung-lembah-laut untuk real estate, objek wisata, penambangan, dan pembuangan sampah sudah memporak-porandakan kelestarian alam, menimbulkan kekeringan di musim kemarau, banjir di musim hujan, dan penyebaran berbagai penyakit.

Upacara-upacara besar yang dilakukan untuk menjaga kelestarian alam seperti wana kertih, pecaruan, dan ngusaba, tidak akan berhasil jika tidak disertai dengan perubahan perilaku manusia yang rajin merusak alam.

Di samping itu pertambahan jumlah penduduk yang berjejal di pulau Bali yang sempit ini telah menyebabkan pengikisan area persawahan, perkebunan, hutan, danau, dan laut. Ironisnya pertambahan penduduk di Bali lebih banyak karena migrasi, bukan karena kelahiran.

Pertanyaan berikut ini adalah bagaimana upaya kita untuk meminimalkan dampak negatif seperti di atas dan bagaimana caranya agar trihitakarana tidak hanya menjadi selogan tetapi dilaksanakan dengan efektif ?

Jawaban yang pas adalah menumbuhkan kesadaran bersama. Upaya ini akan efektif bila PHDI Propinsi Bali mendapat dukungan dari Pemerintah dan segenap umat Hindu di Bali sehingga dapat berperan sebagai:

1. Partner Pemerintah dalam menetapkan peraturan dan kebijaksanaan yang menyangkut kehidupan sosial religius, sosial kultur, dan kelestarian alam.
2. Pemimpin umat yang merupakan lembaga bhisama di mana petunjuk-petunjuknya diikuti/ ditaati.

Keadaan yang dilihat dewasa ini, Pemerintah kurang memperhatikan keberadaan lembaga PHDI.

Masalah dualisme PHDI Propinsi Bali hingga saat ini belum tuntas; Pemerintah tidak menyediakan kantor-kantor PHDI di Kabupaten, apalagi memberikan kendaraan atau fasilitas lainnya. Ada beberapa kali Pemerintah pernah mengundang PHDI untuk memberikan pendapat dalam penetapan Amdal atau kelayakan lingkungan suatu proyek investasi, tetapi saran-saran PHDI kurang diperhatikan.

Seandainya Pemerintah menyadari pentingnya keberadaan PHDI, maka dengan kerjasama lembaga-lembaga lain seperti lembaga Adat, LSM, Ormas –ormas Hindu, dan para pemerhati, PHDI dapat memberikan masukan kepada Pemerintah dalam mengendalikan roda pemerintahan menuju pada kesejahteran umat Hindu.


sumbernya :

Stiti Dharma Online


read more

Sejarah KMHDI

0 komentar
SEJARAH KMHDI (KELUARGA MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA)

A. Tahap Pemunculan Ide
Keinginan mahasiswa Hindu Indonesia untuk memiliki wadah bersama, muncul pada saat diadakannya panel Forum dan Dialog Mahasiswa Hindu oleh KMHD UGM pada tahun 1991. Pada kesempatan itu diusulkan untuk membentuk Forum Komunikasi Mahasiswa Hindu Indonesia dan disepakati KMHD UGM sebagai fasilitator. Tugas dari forum komunikasi tersebut adalah untuk membangun jaringan komunikasi mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Bagi perguruan tinggi yang belum memiliki KMHD di perguruan tingginya, diserukan agar segera membentuk KMHD yamg bisa mengakomodasikan seluruh potensi dan aspirasi Mahasiswa Hindu di masing-masing perguruan tinggi tersebut. Dalam perjalanannya Forum Komunikasi banyak menemui kendala sehingga komunikasi mahasiswa Hindu Indonesia belum berjalan seperti yang diharapkan

B. Tahap Pemantapan Ide
Menyadari kendala yang dihadapi oleh forum komunikasi tersebut, dilakukan pembicaraan lebih lanjut dalam Dialog Mahasiswa Hindu yang diselenggarakan pada saat TPKH ITS menyelenggarakan Seminar Nasional mahasiswa Hindu pada tahun 1992. Adapun hasil yang dicapai pada saat itu adalah dibentuknya Korwil (Koordinator Wilayah) di masing-masing kota yang ada perguruan tingginya. Selain itu, untuk membicarakan mekanisme kerja Forum Komunikasi Mahasiswa Hindu, maka akan diadakan Dialog di Bali dengan tetap menunjuk KMHD UGM sebagai penyelenggara. Untuk menindaklanjuti hasil-hasil keputusan di ITS tersebut, pada bulan Agustus 1992 KMHD UGM bekerja sama dengan Senat Mahasiswa Universitas Warmadewa menyelenggarakan Forum dan Dialog Mahasiswa Hindu Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk membahas mekanisme kerja dan biaya operasional dari Forum Komunikasi Mahasiswa Hindu Indonesia. Pada saat inilah muncul usulan untuk membentuk wadah yang bersifat formal dan nasional. Usulan tersebut dilontarkan pertama kali oleh KPMHD malang selaku Korwil Malang.
Pro dan Kontra sempat mewarnai dalog tersebut. Sebagian peserta dialog mendukung dengan alasan sudah waktunya Mahasiswa Hindu tampil dalam Forum Nasional untuk bersama-sama dengan rekan-rekan mahasiswa yang lain berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Adapula peserta dialog yang tidak mendukung usulan tersebut karena memandang Mahasiswa hindu belum siap tampil di Forum-Forum nasional. Perbedaan pandangan ini berlangsung lama dan alot, sehingga dialog harus dibreak untuk diadakan lobi-lobi masing-masing pihak.
Pendekatan secara personal pada saat lobi ternyata berhasil memuaskan semua pihak. Tiga keputusan penting yang dihasilkan yaitu :
1. Dalam waktu enam bulan Mahasiswa Hindu Indonesia harus menyelenggaraka kongres.
2. Biaya kongres ditanggung bersama -sama oleh masing-masing korwil
3. Dibentuk panitia kecil mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kongres.
Pada kesempatan itu juga disepekati bahwa kongres dilaksanakan di Bali dengan Korwil Bali (dalam hal ini FPMHD UNUD) sebagai penyelenggara dan Korwil Malang sebagai panitia kecil (dalam kongres panitia kecil sebagai Steering Comitte).

C. Tahap Penyamaan Visi
Untuk menindaklanjuti hasil dialog di Universitas warmadewa, pada tanggal 9 - 11 Oktober 1992 diadakan Malang Informal Meeting (MIM) yang bersamaan dengan kegiatan Dharma Bhakti VIII KPMHD Malang. Tujuan utama dari MIM adalah untuk menyamakan visi dan persepsi tentang wadah yang akan dibentuk serta membuat rancangan materi untuk keperluan kongres. Keputusan penting yang dihasilkan pada saat MIM adalah sebelum kongres perlu diadakan prakongres, yang bertujuan untuk mengevaluasi kesiapan Mahasiswa Hindu dalam menyelenggarakan kongres.
Pada tanggal 25 - 28 Desember 1992 diadakan Urun Rembug Nasional di kampus IHD Bali (UNHI) yang merupakan istilah lain dari prakongres seperti yang dimaksud dalam MIM. Urun Rembug ini lebih bersifat kekeluargaan untuk lebih mematangkan pelaksanaan kongres. Namun pada urun rembug ini kembali timbul perbedaan visi dan persepsi tentang wadah yang akan dibentuk. KMHD UGM tetap menghendaki wadah yang bersifat informal sedang seluruh delegasi lainnya menghendaki wadah yang bersifat formal. Setelah melalui perdebatan yang panjang maka KMHD UGM mengambil sikap walkout. Untuk mewujudkan wadah formal maka dibentuk tim investigasi yang bertugas mendapatkan informasi .
1. Pelaksanaan kongres diundur sampai bulan September 1993.
2. Tempat kongres tetap di Bali.
3. Untuk membahas rancangan AD/ART, GBHO dan Program Kerja maka diadakan pertemuan lanjutan bertempat di Bali.
Kemudian pada tanggal 8 - 10 dan 14 - 15 Februari 1993 diadakan Bali Informal Meeting (BIM) yang membahas rancangan AD/ART, GBHO dan Program Kerja Organisasi. Hasil penting BIM adalah :
1. Nama organisasi adalah Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia yang disingkat KMHDI.
2. Akan diadakan pertemuan lanjutan di Bandung.
3. Penegasan bahwa biaya kongres ditanggung bersama.
4. Menugaskan untuk Korwil Bali dan NTB untuk membuat rancangan program kerja. Korwil Malang untuk membuat rancangan GBHO.
5. Hal-hal lain yang belum dibahas dalam BIM akan dibahas dalam pertemuan di Bandung.
6. Masing-Masing Perguruan Tinggi untuk mengirimkan kalender akademik, untuk mencari waktu yang tepat tentang pelaksanaan kongres.
Untuk menindaklanjuti hasil-hasil BIM maka pada tanggal 18 - 20 April 1993 diadakan Pertemuan Informal Bandung (PIB) di Asrama Mahasiswa Viyata Tirta Gangga dan Ciung Wanara. Hasil-hasilnya sebagai berikut :
1. Kongres tetap diadakan di Bali pada tanggal 1 - 4 September 1993.
2. Menugaskan pada seluruh Korwil untuk memberikan masukan tentang rancangan GBHO KMHDI.
3. Menugaskan Korwil Jakarta untuk membuat Mars KMHDI.

D. Pelaksanaan Kongres Nasional Mahasiswa Hindu Indonesia
Setelah melalui pertemuan-pertemuan yang maraton tersebut maka Mahasiswa Hindu Indonesia berhasil melaksanakan kongres yang menyatakan berdirinya Ormas Mahasiswa Hindu Indonesia dengan nama KMHDI. Pada saat Kongres tersebut dipilih tiga pengurus inti dan KMHDI telah memliki AD/ART, GBHO, serta pada kongres tersebut Mahasiswa Hindu yang tergabung dalam KMHDI juga menyepakati beberapa pokok-pokok pikiran yang direkomendasikan pada beberapa instansi.

E. Perjalanan KMHDI
Secara defacto KMHDI lahir pada tanggal 3 September 1993 (setelah AD/ART) berhasil disusun dan disahkan pada saat kongres. Namun demikian, organisasi yang baru lahir dan belum berpengalaman, KMHDI belum bisa eksis di kalangan masyarakat luas, karena beberapa kendala yang dihadapi pada saat kelahirannya. Kendala utama adalah belum solidnya pengurus Pimpinan Pusat KMHDI. Hal ini disebabkan karena, secara personal tidak memahami tugas dan wewenangnya masing-masing. Kondisi ini ditambah lagi dengan putusnya komunikasi antar pengurus dan Pimpinan Pusat dengan Pimpinan daerah sehingga terkesan bahwa KMHDI selama ini berjalan sendiri-sendiri, serta minimnya biaya untuk menjalankan roda organisasi.
Dengan segala kekurangan dan kendala yang dihadapi, KMHDI sampai saat ini juga telah melaksanakan konsolidasi sehingga beberapa Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang telah terbentuk. Beberapa peraturan organisasi telah berhasil dimiliki walaupun pelaksanaannya belum bisa seperti yang diharapkan. KMHDI yang telah dirintis melalui perjalanan panjang memakan waktu, tenaga, pikiran, serta materi yang tidak sedikit, sempat nyaris mandeg pada kondisi yang tidak menentu. Mencermati KHMDI yang berada pada kondisi kritis, maka beberapa tokoh pendiri dan penerusnya bertekad untuk menyelamatkan KMHDI melalui Mahasabha II yang seharusnya diselenggarakan pada bulan September 1996 di Jakarta, tetapi dialihkan ke Malang (yang saat itu secara kader dan persiapan lebih siap).

sumber: www.kmhdi.org



read more

Rabu, 10 Maret 2010

Do'a Sehari2

Rabu, 10 Maret 2010
0 komentar

DOA SEHARI-HARI

Inilah doa untuk sehari-hari. Lazimnya tentulah dihafalkan. Namun kalau panjang, apalagi untuk di depan umum, misalnya, membuka rapat/ pertemuan, mantram ini bisa dibaca dengan memegang buku.


Doa menjelang tidur:

OM ASATO MA SAT GANAYA

TAMASO MA JAYATIR GANAYA

MRITYOR MAMRITAM GAMAYA

(Ya Tuhan tuntunlah hamba dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar, dari jalan gelap ke jalan terang, hindarkanlah hamba dari kematian menuju kehidupan abadi.)


Doa bangun pagi:

OM UTEDANIM BHAGAWANTAH SYAMOTA

PRAPITWA UTA MANDHYE AHNAM

UTODITA MAGHAWANTA SURYASYA WAYAM

DEWANAM SUMANTAU SYAMA

(Ya Tuhan Yang Maha Pemurah, jadikanlah hamba orang yang selalu bernasib baik pada hari ini, menjelang tengah hari, dan seterusnya. Semoga para Dewa melindungi diri hamba.)


Doa membersihkan/mencuci muka:

OM CAM CAMANI YA NAMAH SWAHA

OM WAKTRA PARISUDAHAYA NAMAH SWAHA

(Ya Tuhan, hamba memujaMu, semoga muka hamba menjadi bersih.)


Doa menggosok gigi:

OM RAHPHAT ASTRAYA NAMAH

OM SRI DEWI BHATRIMSA YOGINI NAMAH

(Ya Tuhan, sujud hamba kepada Dewi Sri, Bhatari Yogini, semoga bersihlah gigi hamba.)


Doa berkumur:

OM ANG WAKTRA PARISUDHAMAM SWAHA

(Ya Tuhan, semoga bersihlah mulut hamba.)


Doa membersihkan kaki:

OM AM KHAM KHASOLKHAYA ISWARAYA NAMAH SWAHA

(Ya Tuhan, semoga bersihlah kaki hamba.)


Doa mandi:

OM GANGGA AMRTA SARIRA SUDHAMAM SWAHA

OM SARIRA PARISUDHAMAM SWAHA

(Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan hamba menjadi bersih dan suci.)

Bisa pula dengan doa atau mantram ini:

OM GANGGE CA YAMUNE CAIWA

GODAWARI SARASWATI

NARMADE SINDHU KAWERI

JALE’SMIN SANNIDHIM KURU

(Ya Tuhan, ijinkanlah hamba memanggil sungai suci Gangga, Yamuna, Godawari, Saraswati, Narmada, Sindhu dan Kaweri, semoga menganugerahkan kesucian kepada hamba.)


Doa pada waktu mengenakan pakaian:

OM TAM MAHADEWAYA NAMAH SWAHA

OM BHUSANAM SARIRABHYO PARISUDHAMAM SWAHA

(Tuhan dalam perwujudanMu sebagai Tat Purusha, Dewa Yang Maha agung, hamba sujud kepadaMu dalam menggunakan pakaian ini. Semoga pakaian hamba menjadi bersih dan suci.)

Selesai berpakaian hendaknya melakukan persembahyangan Trisandya.


Doa panganjali:

Diucapkan saat berjumpa dengan seseorang atau memulai suatu pembicaraan dalam sebuah pertemuan. Tangan dicakupkan seperti menyembah, diangkat sejajar dada.


OM SWASTYASTU

(Semoga selalu dalam keadaan.selamat di bawah lindungan Tuhan.)


Doa menghadapi makanan:

OM HIRANYAGARBHAH SAMAWARTATAGRE

BHUTASYA JATAH PATIREKA ASIT

SADADHARA PRITIWIM DYAM UTEMAM

KASMAI DEWAYA HAWISA WIDHEMA

OM PURNAM ADAH PURNAMIDAM

PURNAT PURNAM UDACYATE

PURNASYA PURNAM ADAYA

PURNAMEWAWASISYATE

(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih. Engkau asal alam semesta dan satu-satunya kekuatan awal. Engkau yang memelihara semua makhluk, seluruh bumi dan langit. Hamba memuja Engkau. Ya Tuhan Yang Maha Sempuma dan yang membuat alam sempurna. Alam ini akan lenyap dalam kesempurnaanMu. Engkau Maha Kekal. Hamba mendapat makanan yang cukup berkat anugrahMu. Hamba manghaturkan terima kasih.)

Doa di atas baik untuk makan bersama, misalnya, pesta atau istirahat makan dalam suatu pertemuan. Jika sendirian bisa mengucapkan doa pendek ini yang diambil dari kitab suci Yajurveda:

OM ANNAPATE ANNASYA

NO DEHYANMIWASYA SUSMINAH

PRA-PRA DATARAM TARIS URJAM

NO DHEHI DWIPADE CATUSPADE

(Ya Tuhan, Engkau penguasa makanan, anugerahkanlah makanan ini, semoga memberi kekuatan dan menjauhkan dari penyakit. Bimbinglah hamba anugerahkan kekuatan kepada semua mahkluk.)

Doa mulai mencicipi makanan:

OM ANUGRAHA AMRTADI SAÑJIWANI YA NAMAH SWAHA

(Ya Tuhan, semoga makanan ini menjadi penghidup hamba lahir dan bathin yang suci.)

Doa selesai makan:

OM DHIRGAYUR ASTU, AWIGHNAMASTU, SUBHAM ASTU

OM SRIYAM BHAWANTU, SUKHAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, KSAMA SAMPURNAYA NAMAH SWAHA

OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

(Ya Tuhan, semoga makanan yang telah masuk ke dalam tubuh hamba memberikan kekuatan dan keselamatan, panjang umur dan tidak mendapat sesuatu apapun. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)

Doa sebelum memulai suatu pekerjaan:

OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDHHAM

OM SIDHIRASTU TAD ASTU SWAHA

(Ya Tuhan, semoga atas perkenanMu, tiada suatu halangan bagi hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil baik).

Doa selesai bekerja/bersyukur:

OM DEWA SUKSMA PARAMA ACINTYAYA NAMAH SWAHA

SARWA KARYA PRASIDHANTAM

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

(Ya Tuhan dalam wujud Parama Acintya yang maha gaib dan maha karya, hanya atas anugrahMu-lah maka pekerjaan ini berhasil dengan baik. Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selamanya).

Doa mohon bimbingan Tuhan:

OM ASATO MA SADYAMAYA

TAMASO MA JYOTIR GAMAYA

MRTYOR MA AMRTAM GAMAYA

OM AGNE BRAHMA GRBHNISWA

DHARUNAMA SYANTA RIKSAM DRDVAMHA

BRAHRNAWANITWA KSATRAWAHI SAJATA

WANYU DADHAMI BHRATRWYASYA WADHYAYA

(Tuhan Yang Maha Suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah hamba dari kegelapan pikiran menuju cahaya pengetahuan yang terang. Lepaskanlah hamba dari kematian menuju kehidupan yang abadi. Tuhan Yang Maha Suci, terimalah pujian yang hamba persembahkan melalui Weda mantra dan kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang ada pada hamba (nafsu). Hamba menyadari bahwa Engkaulah yang berada dalam setiap insani (jiwatman), menolong orang terpelajar pemimpin negara dan para pejabat. Hamba memuja Engkau semoga melimpahkan anugrah kekuatan kepada hamba.)

Doa mohon inspirasi:

OM PRANO DEWI SARASWATI

WAJEBHIR WAJINIWATI

DHINAM AWIÑYAWANTU

(Ya Tuhan dalam manifestasi Dewi Saraswati, Hyang Maha Agung dan Maha Kuasa, semoga Engkau memancarkan kekuatan rohani, kecerdasan pikiran, dan lindungilah hamba selama-lamanya.)

Doa mohon dianugrahi kecerdasan dan kesucian:

OM PAWAKANAH SARASWATI

WAJEBHIR WAJINIWATI

YAJÑAM WASTU DHIYAWASUH

(Ya Tuhan sebagai manifestasi Dewi Saraswati. Yang MahaSuci, anugrahilah hamba kecerdasan. Dan terimalah persembahan hamba ini.)

Doa mulai belajar:

OM PURWE JATO BRAHMANO BRAHMACARI

DHARMAM WASANAS TAPASODATISTAT

TASMAJJATAM BRAHMANAM BRAHMA

LYESTHAM DEWASCA SARWE AMRTTNA SAKAMA

(Ya Tuhan, muridMu hadir di hadapanMu, Oh Brahman yang berselimutkan kesaktian dan berdiri sebagai pertama. Tuhan, anugrahkanlah pengetahuan dan pikiran yang terang. Brahman yang agung, setiap makhluk hanya dapat bersinar berkat cahayaMu yang senantiasa memancar.)

Doa mohon ampun dalam segala dosa:

OM DEWAKRTASYAINASO AWAYA JANAM

ASI MANUSYAKRTASI NAMA AWAYA JANAM

ASIPITRA KITASI NAMO AWAYA JANAM ASYATMA

KRTASYAENASO AWAYA JANAM

ASYENA SA’ ENASE WAYA JANAM ASI

YACCHAHAM ENO VIDVAMSCAKARA

YACCHAVIDVAMS TASYA VA YA JANAM ASI

(Ya Tuhan, ampunilah dosa hamba terhadapMu, ampunilah dosa hamba terhadap sesama manusia, terhadap orangtua hamba, terhadap teman hamba, Tuhan ampunilah dosa hamba terhadap segala macam dosa, terhadap dosa yang hamba lakukan dengan sadar atau tidak sadar. Tuhan, semoga berkenan mengampuni semuanya itu.)

Doa memotong hewan:

OM PASU PASAYA WIMAHE SIRASCADAYA DHIMAHI TANO JIWAH PRACODAYAT

(Semoga atas perkenan dan berkahMu para pemotong hewan dalam upacara kurban suci ini beserta orang-orang yang telah berdana punia untuk yadnya ini memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan. Tuhan, hamba memotong hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.)

Doa mengunjungi orang sakit:

OM SARWA WIGHNA SARWA KLESA SARWA LARA ROGA WINASAYA NAMAH

(Ya Tuhan semoga segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan Engkau lenyapkan semuanya.)

Doa mendengar atau melayat orang meninggal dunia:

OM ATMA TATTWATMA NARYATMA

SWADAH ANG AH

OM SWARGANTU, MOKSANTU, SUNYANTU, MURCANTU

OM KSAMA SAMPURNAYA NAMAH SWAHA

(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah arwah yang meninggal mendapat sorga, menunggal denganMu, mencapai keheningan tanpa derita. Ya Tuhan, ampunilah segala dosanya, semoga ia mencapai kesempurnaan atas kekuasaan dan pengetahuan serta pengampunanMu.) .

Doa untuk keselamatan penganten:

OM IHA IWA STAM MA WI YAUSTAM

WISWAM AYUR WYASNUTAM

KRIDANTAU PUTRAIR NAPTRBHIH

MODAMANAU SWE GRHE

(Ya Tuhan, anugerahkanlah kepada pasangan penganten ini kebahagiaan, keduanya tiada terpisahkan dan panjang umur. Semoga penganten ini dianugerahkan putra dan cucu yang memberikan penghiburan, tinggal di rumah yang penuh kegembiraan.)

Doa memohon ketenangan rumah tangga:

OM WISOWISO WO ATITHIM

WAJAYANTAH PURUPRIYAM

AGNIM WO DURYAM WOCAH

STUSE SUSASYA MANMABHIH

(Ya Tuhan, Engkau adalah tamu yang datang pada setiap rumah. Engkau amat mencintai umatMu. Engkau adalah sahabat yang maha pemurah. Perkenankanlah hamba memujaMu dengan penuh kekuatan, dalam ucapan maupun tenaga dan dalam lagu pujian.)

Doa untuk kelahiran bayi:

OM BRHATSUMNAH PRASAWITA NIWESANO

JAGATAH STHATURUBHAYASYA YO WASI

SA NO DEWAH SAWITA SARMA YACCHA TWASME

KSAYAYA TRIWARUTHAM AMHASAH

(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, yang memberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. la yang mengatur baik yang bergerak dan yang tidak bergerak, semoga Ia memberi rahkmatNya kepada kami untuk ketentraman hidup dengan kemampuan untuk menghindari kekuatan yang jahat.)

Setelah bayi dimandikan, ayah bayi atau orang yang dituakan yang hadir di sana diminta membisikkan Mantram Gayatri (bait pertama Puja Trisandya) masing-masing tiga kali pada lobang telinga kanan dan kiri bayi itu.

Doa untuk memohon cinta kasih-Nya:

OM WICAKRAME PRTHIWIM ESA ETAM

KSETRAYA WISNUR MANUSE DASASYAN

DRUWASO ASYA KIRQYA JANASA

URUKSITIM SUJANIMA CAKARA

(Ya Tuhan, Engkau Hyang Wisnu yang membentang di bumi ini, menjadikah tempat tinggal bagi manusia. Kaum yang hina aman sentosa di bawah lindungan-Nya. Yang mulia telah menjadikan bumi tempat yang lega bagi mereka.)

Doa untuk memohon panjang umur:

OM TACCAKSUR DEWAHITAM SUKRAM UCCARAT

PASYEMA SARADAH SATAM

JIWEMA SARADAH SATAM

(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga seratus tahun hamba selalu melihat mata yang bersinar ciptaanNya, semoga hamba hidup seratus tahun lamanya.)

Doa pembukaan rapat/pertemuan:

OM SAM GACCHADWAM SAM WADADWAM

SAM WO MANAMSI JANATAM

DEWA BHAGAM YATHA PURWE

SAMJANANA UPASATE

OM SAMANI WA AKUTIH

SAMANA HRDAYANI WAH

SAMANAM ASTU WO

MANO YATHA WAH SUSAHASATI

OM ANO BHADRAH KRATTAWO YANTU WISWATAH

(Ya Tuhan, hamba berkumpul di tempat ini hendak bicara satu dengan yang lain untuk menyatukan pikir sebagai mana halnya para dewa selalu bersatu. Ya Tuhan, tuntunlah kami agar sama dalam tujuan, sama dalam hati, bersatu dalam pikiran hingga dapat hidup bersama dalam sejahtera dan bahagia. Ya Tuhan, semoga pikiran yang baik datang dan segala penjuru.)

Doa penutup rapat/pertemuan:

OM ANUGRAHA MANOHARAM

DEVADATTA NUGRAHAKA

ARCANAM SARWA PUJANAM

NAMAH SARWA NUGRAHAKA

OM KSAMA SWAMAM JAGADNATHA

SARWA PAPA HITANKARAH

SARWA KARYA SIDHAM DEHI

PRANAMYA SURYESWARAM

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

(Ya Tuhan limpahkanlah anugrahMu yang menggembirakan kepada hamba. Tuhan yang maha pemurah, semoga Tuhan melimpahkan segala anugrah kepada hamba. Ya Tuhan, pelindung alam semesta, pencipta semua makhluk, ampunilah dosa hamba dan anugrahilah hamba dengan keberhasilan atas semua karya. Tuhan yang memancarkan sinar suci, ibaratnya sang surya memancarkan sinarnya, hamba sujud kepadaMu. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)

Untuk menutup pertemuan, bisa pula dipakai doa di bawah ini yang diambilkan dari kitab Yajurveda. Mantram ini disebut Santi Mantram. Bunyinya:

OM DYAUH SANTIR ANTARIKSAM SANTIH

PRTHIWI SANTIR APAH SANTIR

ASADHAYAH SANTIH WANASPATAYAH SANTIR

WISWE DEWAH SANTIR BRAHMA SANTIH

SARVAM SANTIH SANTIR EWA SANTIH

SA MA SANTIR EDHI

(Ya Tuhan Yang Mahakuasa, anugerahkanlah kedamaian di langit, damai di bumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan, damai bagi para dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta. Semogalah kedamaian senantiasa datang pada kami)

Doa untuk pedagang:

OM A WISWANI AMRTA SAUBHAGANI

(Ya Tuhan, semoga Engkau menganugerahkan segala keberuntungan yang memberikan kebahagiaan kepada hamba.)

Doa untuk kebajikan, juga dipakai sebelum meditasi:

OM WISWANI DEWA SAWITAR

DURI TANI PARA SUWA

YAD BHADRAM TANNA A SUWA

(Ya Tuhan, Sawitar, usirlah jauh-jauh segala kekuatan jahat. Berikanlah hamba yang terbaik.)

Doa mohon perlindungan, juga baik diucapkan ketika sakit:

OM TRAYAMBHAKAM YAJAMAHE

SUGANDHIM PUSTI WARDHANAM

UNWARUKAM IWA BANDHANAT

MRTYOR MUKSIYA MAMRTAT

(Ya Tuhan, hamba memuja Hyang Trayambhaka/Rudra yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak makanan. Semoga la melepaskan hamba seperti buah mentimun dari batangnya, melepaskan dari kematian dan bukan dari kekekalan.)

Doa untuk pelantikan pejabat negara:

(Yang dilantik biasanya menirukan)

OM A BRAHMAN BRAHMANO BRAHMAWARCASI JAYATAMA

RASTE RAAJANAH SURA ISAWYO TIWYADHI MAHARATHO JAYATAM

DOGDHRI DHENURYODANAD WANASUH SAPTIH PURANDHIRYOSAJISNU

RATHESTHAH SABHEYO YUWASYAJAYAMANASYA WIRO JAYATAM

NIKAAME-NIKAME NAH PARJANYO WARSATU PHALAWATYO NA

OSADHAYAH PACYANTAM YOGAKSEMO NAH KALPATAAM

(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah di negara ini lahir orang-orang yang memiliki pengetahuan spiritual. Semoga pula pemimpin-pemimpin yang perkasa pandai menggunakan kebijaksanaan seperti menggunakan senjata, pahlawan yang tangguh, sapi yang banyak memberikan susu, lembu pembawa barang dan kuda yang cepat. Demikian pula lahir wanita yang sempurna. Pemuda yang baik dan berguna bagi masyarakat, sedia berkorban. Semoga hujan turun memberi kemakmuran. Semoga pepohonan berbuah lebat. Semoga usaha kami berhasil.)

Doa mengheningkan cipta:

OM-MATA BHUMIH PUTRO AHAM PRTHIVYDH

(Ya Tuhan, semoga kami mencintai tanah air ini sebagai ibu dan hamba adalah putra-putranya yang siap sedia membela seperti para pahlawan kami.)

Doa paramasanti:

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

(Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)



sumbernya:

Stiti Dharma Online


read more
 

Kalender Bali